Selasa, 05 Juni 2012

Gunung Bromo

Gunung Bromo

Kabupaten Probolinggo – Jawa Timur – Indonesia

Bromo berasal dari bahasa Jawa Kuna, Brahma, yaitu salah satu Dewa dalam agama Hindu. Bagi masyarakat Suku Tengger, gunung  ini merupakan gunung suci sehingga tiap satu tahun sekali diadakan upacara  Yadnya Kasada atau Kasodo, yaitu ritual melemparkan hasil bumi ke kawah Gunung  Bromo sebagai persembahan. Upacara ini diadakan pada tengah malam hingga dini  hari tiap bulan purnama di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa. Melalui  ritual ini masyarakat Tengger memohon panen yang berlimpah atau meminta tolak  bala dan kesembuhan atas berbagai penyakit.
Gunung Bromo adalah gunung aktif yang merupakan bagian  dari Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TN-BTS). Taman nasional yang diresmikan  oleh pemerintah pada tahun 1997 ini, memiliki lautan pasir seluas 5.250 ha dan berada  pada ketinggian ± 2.100 m dari permukaan laut. Lautan pasir tersebut merupakan  bagian dari sejarah ekologis terbentuknya kawasan kaldera Tengger.
Gunung dengan ketinggian 2.392 meter di atas  permukaan laut ini terkenal karena hamparan lautan pasir dan kawah gunungnya  yang luas. Dari puncak Bromo, pengunjung dapat melihat kawah yang menganga  lebar dengan kepulan asap keluar dari dasarnya. Kawah ini memiliki garis tengah  ± 800 meter (utara-selatan) dan ± 600 meter (timur-barat). Dari tempat ini  pula, pengunjung dapat menyaksikan keindahan panorama hamparan laut pasir dengan  siluet alamnya yang memesona.
Pengunjung juga dapat menikmati mentari terbit (sunrise),  menjajaki perjalanan dengan menunggang kuda, serta menikmati hangatnya minuman  dan api unggun untuk melawan hawa dingin. Di samping wisata alam, wisatawan  juga dapat mengecap wisata budaya dengan mengikuti upacara Yadnya Kasada yang  diadakan antara bulan Desember-Januari.
Gunung Bromo terletak antara  Kabupaten Pasuruan, Probolinggo, Lumajang, dan Malang, Jawa Timur. Namun, secara administratif kawasan ini merupakan bagian dari Kabupaten Probolinggo.
Gunung Bromo dapat dicapai  dengan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Untuk menuju Gunung Bromo, pengunjung dapat menempuh dua rute. Pertama, “pintu barat” dari arah Pasuruan. Perjalanan melalui pintu barat ini terbilang  berat karena tak bisa dilalui oleh kendaraan roda 4 biasa, kecuali dengan  menyewa jeep. Lewat jalur ini wisatawan biasanya memilih berjalan kaki dari  Desa Wonokitri menuju Gunung Bromo dengan jarak sekitar 13 km.
Kedua, melewati “pintu utara” dari arah Probolinggo.  Melalui pintu kedua ini, wisatawan dapat menggunakan kendaraan apapun, termasuk  mengendarai sepeda motor karena jalan yang dilalui tidak terlalu curam. Jika  wisatawan ingin menyaksikan lautan pasir, maka disarankan untuk melalui pintu  utara. Sebaliknya, jika yang diinginkan adalah menyaksikan sunrise, maka lebih praktis melalui pintu barat.
Desa terdekat untuk mencapai Bromo dari arah Probolinggo adalah Cemorolawang (±45 km dari Probolinggo). Desa ini bisa ditempuh dengan menggunakan angkutan umum dari Probolinggo. Dari Cemorolawang menuju  Bromo pengunjung dapat menyewa kuda, jeep, atau berjalan kaki.
Selain berjalan kaki, untuk  memudahkan pendakian para pendaki dapat menyewa “ojek” kuda dan kendaraan jeep. Karena temperatur udara berkisar antara 2-20 0C, maka pengunjung juga  dapat menikmati minuman serta api unggun yang disediakan oleh warung-warung kecil di sekitar lokasi. Jika terpaksa menginap, jangan khawatir karena berbagai penginapan dengan berbagai tipe mulai dari shelter, losmen, hingga hotel tersedia di sekitar Bromo. Berbagai macam rumah makan, warung telepon, souvenir shop, mupun MCK umum juga tersedia di tempat ini.
Untuk sampai ke puncak Bromo telah disediakan  tangga dari beton.

SUMBER : http://wisatajawa.wordpress.com/wisata-jawa-timur/gunung-bromo/

Pendapat saya : Gunung yang dikelilingi oleh lautan pasih yang sangat indah ini membuat siapapun yang datang kesini akan terpesona. Jika kita ingin melihat matahari terbit disini merukapan tempat yang sangat tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar