Rabu, 16 Oktober 2013

SUMATRA UTARA (Kabupaten Karo)


Air Terjun Sipiso-piso


Air Terjun Sipiso-piso merupakan sebuah kawasan wisata alam yang terletak tidak jauh dari permukiman masyarakat Desa Tongging, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Dapat dibilang, mengunjungi desa ini tidak berbeda dengan berwisata ke Air Terjun Sipiso-piso. Secara geografis, Desa Tongging berada di dataran lebih rendah, sementara Air Terjun Sipiso-piso terletak di perbukitan yang lebih tinggi dari Desa Tongging. Air terjun ini berada di ketinggian lebih kurang 800 meter dari permukaan laut (dpl) dan dikelilingi oleh bukit yang hijau karena ditumbuhi hutan pinus.
Nama air terjun yang dikelola oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Karo ini memiliki makna yang khas. Sebagaimana disebut dalam berita harian Suara Indonesia Baru, bahwa Sipiso-piso berasal dari piso yang artinya pisau. Derasnya air-air yang berjatuhan dari bukit berketinggian di atas seratus meter ini diperumpamakan layaknya berbilah-bilah pisau yang tajam. Selain itu, jurang yang curam jika dilihat dari puncak bukit membuat orang setempat menyebutnya piso dari Tanah Karo (http://www.hariansib.com).
Sebagai kabupaten yang berkembang, sektor pariwisata di Tanah Karo menjadi salah satu potensi unggulan yang diharapkan mampu mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD), di samping sektor pertanian dan industri tentunya. Di sektor ini, Kabupaten Karo memiliki objek wisata yang menarik, misalnya gunung berapi, sumber air panas, kawasan pegunungan, danau, air terjun, rumah tradisional, kebudayaan masyarakat lokal, dan lain sebagainya (www.hariansib.com).
Dalam perkembangannya, objek-objek wisata di Tanah Karo mulai dikembangkan dan dipromosikan ke luar daerah, termasuk Air terjun Sipiso-piso sendiri. Meskipun seolah terjadi persaingan di antara objek-objek wisata itu, hal ini tetap menjadi nilai positif karena masing-masing objek menjadi terpacu untuk berkembang dan mampu menarik wisatawan sebanyak mungkin. Sebagai contoh, di Desa Tongging belum lama ini telah didirikan Taman Wisata Iman (TWI). Meskipun demikian, TWI yang konon lebih banyak menyerap perhatian wisatawan untuk datang, pesona Sipiso-piso tetap saja tidak akan tergantikan. Bagaimana tidak, air terjun ini tidak lain merupakan salah satu air terjun tertinggi di antara banyak air terjun di Indonesia, seperti Air Terjun Tinoor di Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara atau Grojogan Sewu, di Provinsi Jawa Tengah.
Dari kesemuanya itu, Sipiso-piso tetap istimewa. Hanya terpisah jarak sejauh 35 km dari kota wisata terkenal di Indonesia, Kota Berastagi, Kabupaten Karo, dan hanya memerlukan sekitar 45 menit dari Kota Medan, Ibukota Provinsi Sumatra Utara, Air Terjun Sipiso-piso terbukti mampu mengangkat reputasi Kabupaten Karo sebagai salah satu daerah tujuan pelancong domestik maupun mancanegara. Tonggo Simanungsong, seorang pecinta wisata, mengatakan bahwa wisatawan mancanegara yang banyak mengunjungi Air Terjun Sipiso-piso berasal dari Malaysia, Singapura, Prancis, dan Belanda (http://tonggo.wordpress.com/). Bagi wisatawan lokal, panorama di Tongging ini sudah sangat dikenal, malahan ada yang mengatakan kabar ini telah sampai ke santero dunia karena keindahan alamnya yang menakjubkan.

Gunung Sibayak

 

 

A. Selayang Pandang

Orang Batak Karo sering menyebut Gunung Sibayak dengan sebutan â€Å“Gunung Raja”. Sibayak berarti raja dalam bahasa  Batak Karo.
Gunung Sibayak, yang meletus  terakhir kali pada tahun 1600, merupakan gunung vulkanik yang masih aktif  mengeluarkan gumpalan asap dengan ketinggian hingga 2 km. Gumpalan asapnya  berasal dari panas bumi dan berguna sebagai sumber energi listrik. Di Kabupaten Karo telah terdapat sebuah kawasan pembangkit tenaga uap di dekat Gunung  Sibayak.
Ketinggian gunung itu  sekitar 2.094 m dari permukaan laut. Dari Desa Sibayak, terlihat jelas kondisi  kawahnya yang agak landai (terlihat dari belakang kawasan pembangkit tenaga  uap), yang kelihatannya seperti  membelah  gunung. Sekitar pukul 15:00 WIB, kabut mulai kelihatan di sekitar puncak gunung  hingga ke bagian bawahnya, dan tidak lama kemudian, kabut mulai menyebar hingga  ke Desa Semangat Gunung. Kondisi kabut seperti ini, sama dengan kondisi kabut  yang ada di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah atau di Genting Highlands, Malaysia.

B. Keistimewaan

Gunung itu terlihat begitu  indah dan menjadi daya tarik banyak pengunjung, terutama para pendaki gunung. Pada  malam Minggu, biasanya pukul 02:00 WIB merupakan malam favorit bagi para  pendaki untuk mendaki ke puncak gunung, untuk melihat keindahan panorama matahari  terbit. Dari puncak gunung terlihat Kota Medan, di mana pada malam harinya, Kota medan terlihat lebih indah dengan kemilau lampu-lampu kotanya.
Untuk mencapai kaki Gunung  Sibayak, paling dekat ditempuh melalui Desa Semangat Gunung (Desa Raja Berneh). Desa itu sangat indah dengan panorama alam dan hamparan perkebunan sayur-sayuran,  tanaman hias dan buah-buahan. Masyarakatnya bercorak masyarakat agraris, yang masih berpegang pada tradisi leluhur dengan kehidupan sosial yang multikultural.  Komunitas Muslim dan Nasrani hidup saling berdampingan. Dalam perjalanan menuju Gunung Sibayak, di sepanjang jalan akan terlihat pemandangan tradisional, berupa rumah-rumah adat Batak Karo yang telah berusia sekitar  250 tahun.
Banyak terdapat  sumber air panas di sekitar Desa Semangat Gunung dan di Gunung Sibayak. Di kaki  Gunung Sibayak terdapat sumber air panas yang sering didatangi para pengunjung. Uap airnya mengandung belerang, sehingga tercium agak menyengat. Kondisi  alamnya masih natural, dipenuhi pepohonan bambu dan rotan. Untuk menuju arah puncak, para pendaki dapat melewati jalan setapak sebagai jalur resmi  pendakian.

 


 Pasar Berastagi

A. Selayang Pandang
Berastagi, atau yang sering juga dilafalkan dengan nama Brastagi, merupakan daerah dataran tinggi yang terkenal di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatra Utara. Kawasan yang diapit oleh dua gunung berapi, yaitu Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak, ini juga dikenal sebagai salah satu lokasi wisata favorit yang sering dikunjungi oleh banyak wisatawan, terutama di akhir pekan atau pada masa liburan.
Suasana di Berastagi memang sangat nyaman dan menyejukkan karena kawasan ini terletak di dataran tinggi. Seperti lokasi wisata sejenis yang juga tersedia di tempat-tempat lain, seperti Puncak di Bogor atau Kaliurang di Yogyakarta, Berastagi juga menjadi salah satu obyek wisata yang menjadi pilihan utama bagi masyarakat Sumatra Utara dan sekitarnya untuk melepas penat sekaligus menyegarkan pikiran.
Di sisi lain, Berastagi tidak hanya menawarkan kesegaran dan kesejukan alamnya saja. Ada beberapa lokasi lainnya yang sayang untuk dilewatkan. Jika Anda sedang berkesempatan mengunjungi Berastagi, jangan lupa untuk menyambangi tempat yang satu ini, yaitu Pasar Berastagi. Pasar tradisional ini merupakan sentra jual-beli buah-buahan dan sayuran yang masih segar dan menyehatkan.
Kota Berastagi didirikan pada zaman kolonial Hindia Belanda, tepatnya tahun 1920. Bagi Pemerintah Hindia Belanda, Berastagi menjadi kota penting karena digunakan untuk menempatkan stasiun pemancar yang diletakkan di atas bukit. Posisi Pasar Berastagi sebagai pusat perekonomian di wilayah ini sendiri sudah ada sejak kurun waktu tersebut, meskipun penataan dan pengelolaannya sebagai tempat untuk mendukung pariwisata di obyek wisata Berastagi baru diterapkan mulai tahun 1984.
Peran Pasar Berastagi sebagai fasilitas pendukung wisata Berastagi semakin jelas ketika muncul supermarket di lokasi ini. Supermarket tersebut didirikan bukan untuk mematikan atau menjadi pesaing para pedagang yang berjualan di pasar tradisional, namun justru supermarket dan pasar tradisional berjalan beriringan sebagai penopang kehidupan ekonomi di kawasan Berastagi dan semakin memperkaya pilihan bagi para pengunjung.

Sumber : http://www.indonesiawonder.com/id/destination/kabupaten-karo